Pesan Pangeran Antasari : " Lamun tanah banyu kita kahada handak dilincai urang .... Jangan bacakut papadaan kita "
(Kalau tidak ingin tanah air kita diobrak - abrik orang .... Jangan bertengkar, apalagi berantam sesama kita)

BARABAI TEMPO DOELOE


Potret kota Barabai tempo doeloe

Barabai adalah ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Tengah di Kalimantan Selatan, terletak sekitar 165 km di utara Banjarmasin. Sebelum perang dunia kedua, kota Barabai pernah dijuluki oleh orang Belanda sebagai "Bandoeng van Borneo" hal ini dikarenakan udaranya yang sejuk dan rasa ketenangan yang dipantulkan kota ini. Yang dimaksudkan adalah menonjolnya kebersihan, kesejukan dan tata kotanya ketika itu. Lorong-lorong di pusat kota diteduhi oleh deretan pohon-pohon mahoni (orang Barabai menyebutnya pohon kenari) yang rindang. Menurut penduduk, pohon-pohon itu dulu ditanam oleh tuan Paul, seorang keturunan Jerman yang bekerja pada pemerintah Hindia Belanda sebagai kepala V & W singkatan dari "Verkeer en Waterstaat" yang mengurusi bidang Transportasi dan Pekerjaan Umum, semacam DPU (Departemen Pekerjaan Umum) sekarang. Tuan Paullah yang telaten merawat pohon-pohon mahoni dan menata kota dengan gaya dan selera orang Eropah. Ketika Hitler menyerang Nederland, tak ayal lagi tuan Paul ditawan Belanda, majikannya. Entah bagaimana nasibnya kemudian. Yang jelas, namanya masih dikenang orang Barabai, terutama jika sedang berjalan-jalan di bawah pepohonan mahoni di pusat kota. Tapi pernah ada tangan latah membabat pohon-pohon pelindung di beberapa lorong. Konon seorang bupati yang berambisi ingin membuat pelebaran jalan dan sekaligus jalur kembar seperti yang dilihatnya di Banjarmasin menyikat bersih pohon-pohon mahoni peninggalan tuan Paul disebagian jalan Dharma dan Garuda. Jelasnya di pusat pasar sekarang, Untunglah karena langka biaya pelanjutnya, pembabatan pohon mahoni berhenti sampai disitu saja.

Sumber : majalah Tempo 11 Juni 1977 (sebagian teks mengalami perubahan).

Foto-foto ini diambil antara tahun 1875 sampai 1940


Tingkat pertama mengandung makna Syari'at
Tingkat kedua mengandung makna Thariqat
Tingkat ketiga mengandung makna Haqiqat

Dalam perkembangannya mesjid Ash-Shulaha beberapa kali mengalami perombakan total.
Dijepret dari (sekarang) bundaran mengarah ke seberang sungai.

Untuk memperkuat dugaan tersebut, coba anda perhatikan 2 foto bangunan (terutama pada bentuk atapnya) di bawah ini :
Pasar ini berdampingan dengan rumah pemotongan hewan, letaknya berseberangan jalan dengan Mesjid Ash-Shulaha, lokasi ini sekarang menjadi “Hutan Kota”.
Terlihat dikejauhan pagar jembatan Mesjid Ash-Shulaha.
_________




Coba anda perhatikan orang-orang ang beraktivitas dipasar ini, 
hampir semua mereka berpakaian muslim, yang pria berpeci dan yang wanita berkerudung baik orang tua maupun anak-anak. Ini menunjukkan bahwa mereka amat menjunjung nilai-nilai agama Islam.
Lokasi ini sekarang adalah toko tujuh. Terlihat pohon-pohon mahoni muda tanaman si Tuan Paul.
_____________

Suasana pusat kota Barabai di atas tahun 1925an, foto ini dikudak (dijepret) dari atas sebuah hotel yang (sesudah kemerdekaan) bernama HOTEL MERDEKA.
Keterangan :

  1. Jalan Pasar Dua.

Kawasan ini dahulu dikenal dengan “Pacinan”nya kota Barabai karena kebanyakan yang mendiami kawasan ini adalah orang-orang Cina.

  1. Pasar Kain (Los Kain).
  2. Gudang penyimpanan karet milik pemerintah Hindia Belanda.

Seiring dengan kemajuan dan perkembangan ekonomi kota Barabai pada waktu itu maka ditempat ini (point 2 dan 3) dikemudian hari oleh pemerintah Belanda dibangun sebuah pertokoan yang megah yang menjadi ikonnya kota Barabai (orang Barabai menyebutnya) “TOKO BATU”.

Inilah potret “Toko Batu”


Toko Batu Sayang ... Toko Batu Malang ... Toko Batu dalam Kenangan ...
Sumber foto : Budhi RifaniB B C (Bubuhan Barabai Community)


Pada tanggal 12 April 1998 (malam Senen) terjadi kebakaran besar di pasar Barabai yang menghanguskan hampir seluruh pertokoan, namun “TOKO BATU” tetap berdiri kokoh, tapi sayang dalam pembangunan kembali pasar Barabai “TOKO BATU” ikut dirobohkan. Padahal ini “Proyek Mercusuar” pemerintah Belanda.

“Sayang sungguh sayang, Nasi sudah menjadi bubur, orang mati dalam kubur”

Di tempat ini sekarang berdiri Pusat Perbelanjaan “MURAKATA”

  1. Terminal kota Barabai hingga tahun 1960an, kemudian dipindahkan ke tempat yang sekarang bernama “PUJASERA”.
  2. TOKO TUJUH*, dinamakan demikian karena jumlah atapnya yang berjejer tujuh, sementara jumlah tokonya ada 15 buah dan di tawing layar (segi tiga) atap tengahnya ada tulisan “TOKO TOEDJOEH tahun 1930” yang sekarang tulisan tersebut ditutup dengan seng karena papannya sudah lapuk.
  3. Jalan menuju jembatan Mesjid Ash-Shulaha.
  4. Sekarang di tempat ini berdiri Bundaran Kota.
  5. Tempat pengisian bahan bakar yang dijaman Belanda disebut dengan “Bataafsche Petroleum Maatschappij” atau disingkat dengan B.P.M (semacam SPBU milik PERTAMINA), adalah perusahaan minyak Belanda, anak dari perusahaan Royal Dutch Shell. BPM didirikan tanggal 26 Februari 1907 di Den Haag, Belanda.

Kalau point 8 dalam foto ini kita zoom maka akan tampak seperti foto ini :
 Pom bensin atau Bataafsche Petroleom Maatschappij (BPM). 

Tempat Pengisian Bahan Bakar Minyak di depan  bioskop JULIANA THEATER.

Cara kerja alat ini sangat sederhana yaitu minyak dipompa ke dalam tabung kaca yang berada diatas (di tabung kaca tersebut ada tulisan deretan angka penunjuk banyaknya minyak dalam satuan liter) baru kemudian dimasukkan kedalam tangki kendaraan.
______________________



Komplek kediaman penguasa tertinggi pemerintah Hindia Belanda di Barabai. Sekarang tempat ini (setelah direnovasi tentunya) menjadi “Rumah kediaman Bupati Barabai”.

_____________



Ini bukanlah salah satu moda transportasi umum antar kota melainkan mobil pos (Postauto).

.________________


Restaurant tempat orang-orang eropa berpesta pora, berdiri di tengah kota


Restauran cina di samping hotel Merdeka tahun 1928

________________
 


Komplek Penjara (orang dahulu menyebutnya SAPIR). Di lokasi ini sekarang berdiri “Komplek Gedung MURAKATA”.
_________________


Gudang tempat penyimpanan mobil dan alat pemadam kebakaran, gudang ini lokasinya berdampingan dengan komplek penjara. 

Sekarang di lokasi ini berdiri gedung “Murakata” Barabai.


Inilah alat pemadam kebakaran di zaman Hindia Belanda, kalau terjadi kebakaran alat ini akan ditarik dengan mobil menuju lokasi kebakaran.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar