KH. Ahmad Mughnie bin KH. Ismail
Tuan Guru KH. Ahmad Mughnie bin KH. Ismail bin KH. Muhammad Thahir atau “Ayah
Negara” begitu panggilan akrab beliau
adalah seorang ulama kharismatik yang memiliki kedudukan yang agung dan
keilmuan yang tinggi disisi Allah SWT. Beliau adalah ayah dari KH. Muhammad
Bakhit pengasuh pondok pesantren Nurul Muhibbin Barabai dan pemimpin Thariqat
Alawiyyin.
Tuan Guru KH. Ahmad Mughnie lahir di Negara. Penulis tidak tahu persis tanggal dan tahun kelahiran beliau, namun tempat lahirnya ada yang bilang di desa Pasungkan kecamatan Daha Utara kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS).
Sejak kecil beliau sudah dididik berbagai macam ilmu agama dan adab oleh orang tua beliau yang juga seorang ulama besar di Negara (HSS). Tidak mengherankan kalau di masa remaja beliau sudah menguasai macam-macam ilmu agama baik zhahir maupun bathin. Untuk memperdalam dan memperluas ilmu beliau juga belajar (mengaji) di Mekkah selama beberapa tahun dan sempat melaksanakan ibadah haji sebanyak tujuh kali (7X). Di Mekkah beliau belajar pada beberapa guru besar dan terkenal di antaranya adalah :
Pada tahun 1933 beliau pulang ke tanah air, atas perintah guru beliau yang mendapat kabar secara kasyaf bahwa orangtua beliau sedang sakit keras.
Beliau dikenal sangat tawadhu’, wara’ dan sangat disiplin waktu. Selain itu masyarakat juga mengenal beliau sebagai orang yang arif dan bijak dalam menyampaikan dakwah dan nasehat kepada umat serta dermawan sehingga tidak jarang beliau mengasih uang kepada murid-murid beliau.
Apakah beliau keturunan Syiekh Muhammad Arsyad Al Banjary ?
Seseorang pernah bercerita kepada saya, yang katanya cerita ini bersumber dari pihak keluarga beliau, mengatakan bahwa ketika beliau ditanya tentang siapa moyang beliau ?
Beliau menjawab dengan menyebutkan beberapa nama, mulai dari ayah beliau yang bernama KH. Ismail, kemudian kakek yang bernama H. Muhammad Thahir, hingga berhenti pada nama datuk yang bernama "Syihabuddin".
Ketika ditanya siapa ayah Syihabuddin ? Beliau enggan untuk menjawab dan berkata (dalam bahasa Banjar) : "KAINA AGAK ... URANG NANG ALIMNYA". Maksudnya : "nanti sombong ... dengan membanggakan kealiman orang lain atau leluhur, sedangkan dirinya dalam kebodohan".
Apakah Syihabuddin yang di maksud itu anak syiekh Muhammad Arsyad Al Banjary ?
Inilah teka-teki yang harus dipecahkan ... !!!
Karena kita sudah maklum bahwa syiekh Muhammad Arsyad Al Banjary ada memiliki seorang putera bernama Syihabuddin dari istri beliau yang bernama Bidur (Baiduri).
Terkait pertanyaan di atas, saya mencoba mencari sedikit informasi tentang hal tersebut,dan hasilnya sebagai berikut :
Banyak dari pihak keluarga beliau yang berkeyakinan bahwa beliau adalah keturunan syiekh Muhammad Arsyad Al-Banjary. Hal serupa juga ditegaskan oleh seorang pengurus Masigit Basar (Masjid Besar) Alabio yang mengatakan bahwa kakek beliau yang bernama KH. Muhammad Thahir adalah keturunan syiekh Muhammad Arsyad Al-Banjary.
Ketika saya berziarah ke makam DATU ABBAS pendiri masjid Su'ada (Masigit Ba angkat) yang terletak di desa Wasah Hilir kec. Simpur kab, Hulu Sungai Selatan, saya mendapati sebuah silsilah keluarga terpampang di dinding kubah, setelah saya amati, saya menemukan sebuah nama yaitu "M.TAHER", lantas hal tersebut saya konfirmasikan dengan orang yang ada di kubah, orang itupun membenarkan kalau M.TAHER itu bermakam di dekat Masjid Besar Alabio.
Pada tanggal 10 Dzul Hijjah 1414 H beliau wafat di Barabai dan dimakamkan di komplek kuburan muslimin Telaga Airmata Barabai.
Tuan Guru KH. Ahmad Mughnie lahir di Negara. Penulis tidak tahu persis tanggal dan tahun kelahiran beliau, namun tempat lahirnya ada yang bilang di desa Pasungkan kecamatan Daha Utara kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS).
Syaikh Umar Hamdan Al-Mahrasi At-Tunisie
(Syaikh Umar Hamdan, atau lengkapnya Syaikh Umar bin Hamdan bin Umar bin Hamdan bin Ahmad Al-Mahrasi lahir di Jirbah, Tunisia, pada tahun 1292 H/1875 M. Wafat di Madinah pada tanggal 9 Syawwal 1368 H bertepatan dengan tanggal 4 Agustus 1949 M dan dimaqamkan di Baqi')
Syaikh Sayyed Muhsin Al Musawa
(Beliau adalah pendiri Madrasah Darul ‘Ulum Ad-Diniyyah Makkah. Nama lengkapnya Sayyed Muhsin bin Ali bin Abdurrahman Al-Musawa Al-Falimbani. Beliau lahir di kota Palembang (Sumatera Selatan) pada tahun 1323 H. dan wafat di Mekkah pada bulan Jumadil Akhir tahun 1354 H)
Habib Alwi bin Abbas Al-Maliki
(Beliau adalah ayah dari Habib Muhammad Al-Maliki Al-Hasani. Nama lengkap beliau adalah Sayyid ‘Alawi bin ‘Abbas bin ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abbas bin Muhammad al-Maliki al-Idrisi al-Hasani. Beliau dilahirkan di Makkah pada tahun 1328 H dan wafat di Makkah pula pada tanggal 25 Shafar 1391 H atau pada tahun 1971 M)
Syaikh Sayyed Amin Al-Kutbi
(Nama lengkapnya Muhammad Amin bin Muhammad Amin bin Muhammad Shalih bin Muhammad Husein Al-Kutbi Al-Hanafi Al-Hasani, lahir di Mekkah Al-Mukaramah tahun 1327 H. Wafat pada hari Senin 4 Muharram 1404 H dan dimakamkan di samping maqam syekh As-sayyid Alawi Al-Maliki)
Syaikh Hasan Al-Masyath
(Nama lengkap beliau adalah Hasan bin Muhammad bin 'Abbas bin 'Ali bin 'Abdul Wahid al-Masyath al-Makki al-Maliki. Dilahirkan di Makkah pada 3 Syawwal 1317 H dan wafat di Makkah pada hari Rabu tanggal 7 Syawwal 1399 H)Pada tahun 1933 beliau pulang ke tanah air, atas perintah guru beliau yang mendapat kabar secara kasyaf bahwa orangtua beliau sedang sakit keras.
------------
Sehari-harinya beliau dedikasikan hanya untuk mengajar ilmu agama dan beribadah. Selain di Barabai beliau juga pernah mengajar di beberapa tempat seperti Walangku kecamatan Labuan Amas Utara (HST) dan Penyuran Amuntai (HSU).Beliau dikenal sangat tawadhu’, wara’ dan sangat disiplin waktu. Selain itu masyarakat juga mengenal beliau sebagai orang yang arif dan bijak dalam menyampaikan dakwah dan nasehat kepada umat serta dermawan sehingga tidak jarang beliau mengasih uang kepada murid-murid beliau.
Apakah beliau keturunan Syiekh Muhammad Arsyad Al Banjary ?
Seseorang pernah bercerita kepada saya, yang katanya cerita ini bersumber dari pihak keluarga beliau, mengatakan bahwa ketika beliau ditanya tentang siapa moyang beliau ?
Beliau menjawab dengan menyebutkan beberapa nama, mulai dari ayah beliau yang bernama KH. Ismail, kemudian kakek yang bernama H. Muhammad Thahir, hingga berhenti pada nama datuk yang bernama "Syihabuddin".
Ketika ditanya siapa ayah Syihabuddin ? Beliau enggan untuk menjawab dan berkata (dalam bahasa Banjar) : "KAINA AGAK ... URANG NANG ALIMNYA". Maksudnya : "nanti sombong ... dengan membanggakan kealiman orang lain atau leluhur, sedangkan dirinya dalam kebodohan".
Apakah Syihabuddin yang di maksud itu anak syiekh Muhammad Arsyad Al Banjary ?
Inilah teka-teki yang harus dipecahkan ... !!!
Karena kita sudah maklum bahwa syiekh Muhammad Arsyad Al Banjary ada memiliki seorang putera bernama Syihabuddin dari istri beliau yang bernama Bidur (Baiduri).
Terkait pertanyaan di atas, saya mencoba mencari sedikit informasi tentang hal tersebut,dan hasilnya sebagai berikut :
Banyak dari pihak keluarga beliau yang berkeyakinan bahwa beliau adalah keturunan syiekh Muhammad Arsyad Al-Banjary. Hal serupa juga ditegaskan oleh seorang pengurus Masigit Basar (Masjid Besar) Alabio yang mengatakan bahwa kakek beliau yang bernama KH. Muhammad Thahir adalah keturunan syiekh Muhammad Arsyad Al-Banjary.
Ketika saya berziarah ke makam DATU ABBAS pendiri masjid Su'ada (Masigit Ba angkat) yang terletak di desa Wasah Hilir kec. Simpur kab, Hulu Sungai Selatan, saya mendapati sebuah silsilah keluarga terpampang di dinding kubah, setelah saya amati, saya menemukan sebuah nama yaitu "M.TAHER", lantas hal tersebut saya konfirmasikan dengan orang yang ada di kubah, orang itupun membenarkan kalau M.TAHER itu bermakam di dekat Masjid Besar Alabio.
---------------
Makam Ayah Negara sebelum dipugar
dan
yang sudah dipugar
(makam beliau yang di belakang ... yang di depan istri beliau)
dan
yang sudah dipugar
(makam beliau yang di belakang ... yang di depan istri beliau)
Kubah Ayah Negara sebelum dipugar
dan
yang sudah dipugar
![]() |
Komplek kuburan muslimin Telaga Airmata Barabai |
Informasi Tambahan :
>> Ayah beliau KH. Ismail lahir di Alabio kabupaten Hulu Sungai Utara dan wafat di desa Pasungkan kecamatan Daha Utara Nagara kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Makam KH. Ismail bin KH. M. Thahir di desa Pasungkan kecamatan Daha Utara Kabupaten Hulu Sumgai Selatan. |
>> Kakek beliau KH. Muhammad Thahir wafat di Alabio kabupaten Hulu Sungai Utara, makamnya berada di desa Pandulangan kecamatan Sungai Pandan di samping (dekat mihrab) sebuah mesjid tua yang di kalangan penduduk setempat lebih dikenal dengan sebutan "MASIGIT BASAR".
![]() |
Plang nama masjid |
![]() |
Makam KH. Muhammad Thahir |
Masigit Basar (Masjid Besar) Alabio |