Pesan Pangeran Antasari : " Lamun tanah banyu kita kahada handak dilincai urang .... Jangan bacakut papadaan kita "
(Kalau tidak ingin tanah air kita diobrak - abrik orang .... Jangan bertengkar, apalagi berantam sesama kita)

Gambaran kota Barabai pada tahun 1918


Barabai adalah ibu kota sebuah onderafdeeling (kewidanaan) yang kepala pemerintahannya dipegang oleh seorang Controleur, dan berada dibawah wilayah hukum administrasi Afdeeling Oeloe Soengai yang pusat pemerintahannya berada di kota Kandangan.

Barabai merupakan sebuah kota kecil yang indah dengan iklim sejuk dan sehat yang letak perkotaannya berada di pinggiran sebuah sungai. 
Meskipun kota kecil, pada tahun 1918 Barabai sudah memiliki sekolah pribumi kelas dua atau "Tweede Inlandsche School"* dan sebuah pesanggrahan (rumah singgah) yang dikelola oleh pemerintah setempat.
Menurut cerita orang-orang tua, pesanggrahan itu terletak di jalan ini yang sekarang bernama jalan "PERWIRA".
Dijepret sekitar tahun 1925an.
(Sumber foto : www.kitlv.nl)

Controleur Barabai berfoto bersama keluarga dan staf-stafnya di depan pesanggrahan pada tanggal 10 April 1927.
(Sumber foto : www.kitlv.nl)

Sekolah Pribumi atau Inlandsche School Barabai.
Bahasa pengantar yang digunakan pada sekolah ini adalah bahasa daerah dan lama pendidikannya selama 5 tahun.
Dijepret mungkin sekitar awal tahun 1900an.
Pada tahun 1893 Inlandsche School sudah tidak ada lagi, karena pada tahun 1892 pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan peraturan tentang pemekaran Inlansche School menjadi dua, yaitu "Eerste Inlandsche School" atau Sekolah Rakyat kelas 1 dan "Tweede Inlandsche School" atau Sekolah Rakyat kelas 2. Peraturan ini terterealisasi pada tahun 1893.
Dengan diberlakukannya peraturan ini, maka Inlandsche School yang ada di Barabai ini berubah nama menjadi "Tweede Inlandsche School" atau Sekolah Rakyat kelas 2. 
(Sumber foto : COLLECTIE TROPENMUSEUM)



Wilayah onderafdeeling Barabai adalah wilayah terkecil tetapi paling padat penduduknya (lihat : sensus penduduk tahun 1930 -red*) dan paling subur tanahnya bila dibandingkan dengan daerah lain yang ada di afdeeling Oeloe Soengai. Selain itu onderafdeeling Barabai juga termasuk daerah tangkapan air dari sungai Barabai dan sungai Alai serta anak sungai-sungainya.

Sebagian besar penduduknya adalah suku Melayu dengan tingkat kesejahteraan hidup yang baik. Mereka kebanyakan berprofesi sebagai petani yang sukses, sehingga Barabai dijuluki "lumbung padi"nya Oeloe Soengai. 

Adapun orang-orang Eropa, mereka semua bekerja di instansi pemerintahan, tidak ada yang bekerja di bidang swasta.

Sebagian besar kondisi jalan di Barabai dalam keadaan baik, serta dapat terhubung dengan kota Banjarmasin dan distrik-distrik terdekat di sekitarnya seperti distrik Amuntai, distrik Balangan dan distrik Amandit.
Dan jalur telepon juga sudah ada yang menghubungkan antara Barabai, Pantai Hambawang, Kandangan dan Amuntai.
-----------------
Referensi ini diambil dari sebuah jurnal mingguan "INDIE" yang terbit pada tanggal 7 Agustus 1918.


Naskah aslinya
--------------------------------


*Sekolah pribumi kelas dua atau "Tweede Inlandsche School" merupakan Sekolah Rakyat atau Sekolah Dasar dengan masa pendidikan selama Tiga Tahun. 
Maksud dari pendidikan ini adalah dalam rangka sekedar memberantas buta huruf dan mampu berhitung. Bahasa pengantar adalah bahasa daerah dengan guru tamatan dari HIK (Hollandsche Indische Kweekschool atau Sekolah Guru Bantu)
Bahasa Belanda merupakan mata pelajaran pengetahuan dan bukan sebagai mata pelajaran pokok sebagai bahasa pengantar. Namun setelah tamat sekolah ini murid masih dapat meneruskan pada Schakel School selama 5 tahun yang tamatannya nantinya akan sederajat dengan Hollandse Indische School.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar