Pesan Pangeran Antasari : " Lamun tanah banyu kita kahada handak dilincai urang .... Jangan bacakut papadaan kita "
(Kalau tidak ingin tanah air kita diobrak - abrik orang .... Jangan bertengkar, apalagi berantam sesama kita)

Sekilas tentang GASIB Barabai


"GASIB oh GASIB"

Sore itu ketika aku menengadah ke atas, kulihat langit hampir seluruhnya tertutup mega putih sehingga tidak tampak warna aslinya, meski demikian cuaca sore itu cukup cerah. Di benakku terpikir untuk mencari suasana baru, maklum, biasanya hampir setiap sore kuhabiskan waktu dengan nongkrong sambil ngobrol di sebuah warung kopi di dekat rumahku. Akupun menerawang, di mana kira-kira tempat yang pas untuk menghabiskan sisa siang hari itu, dan akhirnya pilihanku jatuh pada suatu tempat yang bernama "RUANG TERBUKA HIJAU LAPANGAN DWI WARNA". Kawasan ini kupilih lantaran dekat dengan rumahku dan merupakan alun-alun kotaku "BARABAI". Kawasan ini tergolong komplet, mulai dari kantor pemerintahan, rumah pejabat, taman, area bermain anak-anak, jogging track, ruang terbuka dengan bangku-bangku di sekelilingnya dan fasilitas lainnya hingga lapak pedagang makanan dan minuman ada di sini. Konon katanya, dari sekitar sinilah dahulu orang-orang Belanda memulai memodernisasi kota Barabai.

Kupacu sepeda motorku, jarum jam tak mau menunggu, maklum..... begitulah sebagian lirik dari sebuah lagu Iwan Fals, ungkapan ini mungkin cocok untuk mewakili keadaanku pada saat itu. Sesampainya di tempat tujuan, aku disambut oleh deretan pohon-pohon "KANARI" sebutan orang Barabai untuk pohon mahoni tua sisa peninggalan pemerintah kolonial Belanda yang masih kokoh berdiri di sepanjang jalan. Kulihat orang-orang asik dengan aktivitasnya masing-masing, ada yang berolahraga, bermain atau hanya sekedar duduk-duduk sambil ngobrol dan makan-makan. Ada pula beberapa komunitas pencinta motor (geng motor) menjejer sepeda motornya dengan rapi di pinggir jalan, mereka terlihat akrab sambil bersenda gurau dan sesekali selfie bersama, dalam hati aku bersyukur "Alhamdulillah... di kotaku tidak ada geng motor yang brutal... semoga ini untuk selamanya.. aamiin !!!".

Aku duduk di bangku panjang sambil menyaksikan sekelompok orang yang asik bermain bola di sebuah tanah lapang bekas lapangan sepakbola DWI WARNA, lapangan ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda -pastinya dengan nama yang berbeda-, hingga awal dekade tahun 2000an lapangan ini masih dipakai dan menjadi kandang utama GASIB Barabai ketika menjamu tamunya. Betapa angkernya dulu lapangan ini di mata dan benak kesebelasan tamu, betapa tidak, setiap kali team tamu bertanding di sini hampir dipastikan mereka akan takluk.


O... ya, GASIB adalah sebuah kesebelasan sepakbola perserikatan yang berasal dari kota Barabai kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan. Namanya cukup unik, walaupun berbentuk perserikatan namun namanya tidak menggunakan kata "persatuan sepakbola" seperti yang digunakan oleh kebanyakan team kesebelasan lainnya, sebut saja contohnya PERSIJA (Persatuan Sepakbola Indonesia Jakarta) atau PERSEMAR (Persatuan Sepakbola Martapura) dan lain-lain. GASIB merupakan singkatan dari "GABUNGAN SEPAKBOLA INDONESIA BARABAI".

Berbicara tentang GASIB, aku jadi teringat akan cerita orang-orang tua yang sekarang mungkin mereka sudah banyak yang wafat atau setidaknya sudah udzur. Mereka bercerita, dahulu, pada masa pemerintahan kolonial Belanda Barabai memiliki sebuah team kesebelasan tangguh bernama "BARABAISCHE VOETBAL BOND" atau disingkat "BVB". Pemainnya merupakan gabungan dari orang Belanda, Eropa non Belanda dan penduduk pribumi. Kesebelasan ini dibina dan dikelola langsung oleh controleur. "BARABAISCHE VOETBAL BOND" sendiri berarti "GABUNGAN SEPAKBOLA BARABAI".
Controleur Barabai G.L. Tichelman (berbaju gelap) selaku pembina BARABAISCHE VOETBAL BOND (BVB) bersulang sebelum bertanding dalam sebuah turnamen yang diadakan di Amuntai pada tanggal 25 November 1928.
(Sumber foto : www.kitlv.nl)

Setelah Indonesia merdeka, di Barabai banyak bermunculan klub-klub sepakbola, di antara sekian banyak klub sepakbola tersebut ada 2 klub yang besar dan tangguh yaitu "PS. GARUDA" dan "PS. BANTENG".
Apabila ada turnamen sepakbola yang melibatkan antar daerah, maka pengurus sepakbola kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) akan melakukan seleksi para pemain berbakat dari klub-klub yang ada di HST, kemudian para pemain yang terpilih akan digabung dalam sebuah team kasebelasan. Mungkin dari beberapa rentetan peristiwa inilah nama "GASIB" tercipta.
Dipandang dari sudut prestasi, dahulu GASIB sangatlah diperhitungkan, setidaknya dalam lingkup regional Kalimantan Selatan, ini terbukti hingga dekade tahun 1990an, GASIB silih berganti mewakili Kalimantan Selatan dalam Piala Perserikatan, Piala Suratin atau Piala Pelajar. Sekarang prestasi tersebut tidak pernah lagi terdengar, apakah GASIB sekarang sudah tidak bertaring lagi atau GASIB sedang sakit.


AYO !!! GASIB ... BANGKIT KEMBALI
TUNJUKKAN PADA KAMI DAN MEREKA

BAHWA KAU MASIH KUAT
BAHWA KAU MASIH BERTARING
BAHWA KAU MASIH BISA

KAMI SELALU MENDUKUNGMU
KAMI RINDU AKAN PRESTASIMU


Sumber : hasil wawancara (batatakunan) dengan beberapa koresponden

Tidak ada komentar:

Posting Komentar