Barabai di masa Tuan Paul
Tuan Paul begitu biasa warga Barabai menyebutnya. Sebuah nama yang tidak asing lagi di telinga penduduk setempat. Menurut cerita orang-orang tua kita, Tuan Paul adalah orang Jerman yang bekerja pada pemerintah kolonial Belanda di Barabai pada masa dasawarsa 1930-an sebagai kepala "Verkeer en Waterstaat" sebuah departemen yang mengurusi banyak bidang di antaranya : transportasi (perhubungan), lingkungan hidup, pekerjaan umum (P.U), pengelolaan air dan sebagainya. Dialah yang punya ide untuk menjadikan kota Barabai sebagai Bandung-nya Kalimantan atau yang lebih dikenal dengan slogan "Bandoeng van Borneo". Untuk mewujudkan cita-citanya itu maka tuan Paul melakukan pembenahan kota Barabai mulai dari tata-kotanya hingga infrastruktur yang mendukung ke arah tersebut. Salah satunya adalah dibangunnya "Toko Batu" yang merupakan bangunan pasar termegah se-Tanah Banjar di kala itu.
---
Karl Helbig rekan senegara tuan Paul yang pernah berkunjung ke Barabai pada tahun 1937 mengatakan :
"Hampir seluruh bangunan kota disini (kota Barabai-red) terkena sentuhan dari budaya Jawa, hal ini mungkin karena adanya pengaruh dari imigran Jawa yang sudah menetap disini selama berabad-abad sebagai pekerja bangunan dan perkebunan, yang kemudian diadopsi oleh penduduk asli dan pejabat pemerintah setempat. Di sisi lain dari kota ini, adanya alun-alun besar di tengah kota yang dikelilingi oleh pohon-pohon rindang sebagai tempat berolah-raga dan bermain. Kantor dan rumah-rumah orang Eropa berhiaskan dengan berbagai macam taman bunga tertata rapi di kawasan sekitar alun-alun. Sekelompok orang cina terlihat sibuk di toko mereka yang menjual berbagai macam barang keperluan. Bengkel, stasiun pengisian minyak (SPBU) dan hotel juga ada di kota ini. Semua jalan kondisinya terawat dengan baik. Sedangkan di pasar tradisional terdapat bangunan panjang (los pasar-red) dan ruang terbuka yang tertata untuk berjualan. Sementara rumah-rumah adat penduduk yang terbuat dari kayu dan sebagian ada yang berhiaskan ubin dengan pekarangan yang ditumbuhi berbagai macam pohon buah-buahan dan kelapa terlihat berjejer di tepi jalan sepanjang puluhan kilometer. Selain itu, kota ini juga memiliki sebuah monumen untuk mengenang jasa para pahlawan yang berdiri megah di sekitar alun-alun."
Sebagian teks asli dari perkataan Karl Helbig yang diambil dari sebuah buletin berbahasa Belanda yang terbit pada tahun 1939. --- |
Bekas rumah Tuan Paul yang sudah mengalami renovasi total dan sekarang menjadi rumah dinas wakil bupati kabupaten HST |
Sumber :
Beberapa artikel terkait.
Hasil dari wawancara (batatakunan) dengan beberapa orang-orang tua diantaranya :
- Habib Abdullah putera Habib Alwi Al-Habsyi (86 tahun)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar