Pesan Pangeran Antasari : " Lamun tanah banyu kita kahada handak dilincai urang .... Jangan bacakut papadaan kita "
(Kalau tidak ingin tanah air kita diobrak - abrik orang .... Jangan bertengkar, apalagi berantam sesama kita)

BARABAI ... Riwajatmoe Doeloe ...

Barabai di masa Tuan Paul
Tuan Paul begitu biasa warga Barabai menyebutnya. Sebuah nama yang tidak asing lagi di telinga penduduk setempat. Menurut cerita orang-orang tua kita, Tuan Paul adalah orang Jerman yang bekerja pada pemerintah kolonial Belanda di Barabai pada masa dasawarsa 1930-an sebagai kepala "Verkeer en Waterstaat" sebuah departemen yang mengurusi banyak bidang di antaranya : transportasi (perhubungan), lingkungan hidup, pekerjaan umum (P.U), pengelolaan air dan sebagainya. Dialah yang punya ide untuk menjadikan kota Barabai sebagai Bandung-nya Kalimantan atau yang lebih dikenal dengan slogan "Bandoeng van Borneo". Untuk mewujudkan cita-citanya itu maka tuan Paul melakukan pembenahan kota Barabai mulai dari tata-kotanya hingga infrastruktur yang mendukung ke arah tersebut. Salah satunya adalah dibangunnya "Toko Batu" yang merupakan bangunan pasar termegah se-Tanah Banjar di kala itu. 
TOKO BATU dibangun pada masa dekade 1930-an adalah sebuah bangunan pasar termegah yang pernah  ada di Kalimantan Selatan. Menurut cerita, Toko Batu merupakan sebuah proyek besar jangka panjang dan akan dibangun secara bertahap. Adapun bangunan yang terlihat dalam foto ini hanyalah hasil dari pembangunan tahap awal dari pecencanaannya semula dan akan disambung pengerjaannya beberapa tahun kemudian. Proyek besar ini terhenti lantaran Belanda keburu kabur dari Indonesia karena kalah perang dengan Jepang.
(sumber foto : www.facebook.com)
---
Karl Helbig rekan senegara tuan Paul yang pernah berkunjung ke Barabai pada tahun 1937 mengatakan :
"Hampir seluruh bangunan kota disini (kota Barabai-red) terkena sentuhan dari budaya Jawa, hal ini mungkin karena adanya pengaruh dari imigran Jawa yang sudah menetap disini selama berabad-abad sebagai pekerja bangunan dan perkebunan, yang kemudian diadopsi oleh penduduk asli dan pejabat pemerintah setempat. Di sisi lain dari kota ini, adanya alun-alun besar di tengah kota yang dikelilingi oleh pohon-pohon rindang sebagai tempat berolah-raga dan bermain. Kantor dan rumah-rumah orang Eropa berhiaskan dengan berbagai macam taman bunga tertata rapi di kawasan sekitar alun-alun. Sekelompok orang cina terlihat sibuk di toko mereka yang menjual berbagai macam barang keperluan. Bengkel, stasiun pengisian minyak (SPBU) dan hotel juga ada di kota ini. Semua jalan kondisinya terawat dengan baik. Sedangkan di pasar tradisional terdapat bangunan panjang (los pasar-red) dan ruang terbuka yang tertata untuk berjualan. Sementara rumah-rumah adat penduduk yang terbuat dari kayu dan sebagian ada yang berhiaskan ubin dengan pekarangan yang ditumbuhi berbagai macam pohon buah-buahan dan kelapa terlihat berjejer di tepi jalan sepanjang puluhan kilometer. Selain itu, kota ini juga memiliki sebuah monumen untuk mengenang jasa para pahlawan yang berdiri megah di sekitar alun-alun."
Sebagian teks asli dari perkataan Karl Helbig yang diambil dari sebuah buletin berbahasa Belanda yang terbit pada tahun 1939.
---
Di rumah inilah dahulu tuan Paul bertempat tinggal, sebuah rumah yang terletak di jalan "Karel van der Heijden Weg" di sekitar alun-alun kota Barabai yang sekarang menjadi kawasan ruang terbuka hijau (RTH) lapangan Dwi Warna. Sejak dibangun di jaman Belanda hingga sekarang rumah ini sudah beberapa kali mengalami renovasi. Dan sejarah pun mencatat, rumah ini (sesudah direnovasi tentunya) pernah dijadikan sebagai rumah dinas komandan KODIM (Komando Distrik Militer) 1002 Barabai. Pada masa jabatan bupati kabupaten Hulu Sungai Tengah dipegang oleh bapak Drs. H. Saiful Rasyid, MM, rumah ini kemudian dijadikan sebagai rumah dinas Wakil Bupati dan berlanjut hingga sekarang.
(Sumber foto : www.kitlv.nl)
Bekas rumah Tuan Paul yang sudah mengalami renovasi total dan sekarang menjadi rumah dinas wakil bupati kabupaten HST

Sumber : 
Beberapa artikel terkait.
Hasil dari wawancara (batatakunan) dengan beberapa orang-orang tua diantaranya :
- Habib Abdullah putera Habib Alwi Al-Habsyi (86 tahun)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar