Pesan Pangeran Antasari : " Lamun tanah banyu kita kahada handak dilincai urang .... Jangan bacakut papadaan kita "
(Kalau tidak ingin tanah air kita diobrak - abrik orang .... Jangan bertengkar, apalagi berantam sesama kita)

SEKOLAH TEMPO DOELOE

Inlandsche School te Barabai.

Museum TROPEN yang memamerkan foto ini tidak banyak memberikan keterangan tentang foto ini, hanya mengatakan bahwa ini adalah "Inlandsche School" yang terletak di Barabai Kalimantan Selatan. 

Inlandsche School atau Sekolah Rakyat atau Sekolah Bumiputera atau Sekolah Pribumi adalah sekolah dasar yang dikelola oleh pemerintah Hindia Belanda dengan masa pendidikan selama 5 tahun. 
Pada tahun 1893 Inlandsche School sudah tidak ada lagi, karena pada tahun 1892 pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan peraturan tentang pemekaran Inlansche School menjadi dua, yaitu :
1. "Eerste Inlandsche School" atau Sekolah Rakyat kelas 1.
2. "Tweede Inlandsche School" atau Sekolah Rakyat kelas 2. Peraturan ini terterealisasi pada tahun 1893.
Dengan diberlakukannya peraturan ini, maka Inlandsche School yang ada di Barabai ini berubah nama menjadi "Tweede Inlandsche School" atau Sekolah Rakyat kelas 2.

Sebuah buletin mingguan "INDIE" No 19 yang terbit pada tanggal 7 Agustus 1918 menulis : "Het heeft een Gouvernement Inlandsche School 2e klasse en een Pasanggrahan (passantenhuis)". 
Kalau kita terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, kurang lebih artinya : "Dia (Barabai) telah memiliki sebuah Sekolah Rakyat Kelas 2 dan sebuah pesanggrahan (penginapan) yang keduanya dikelola oleh pemerintah kolonial Belanda".

Sekolah Rakyat Kelas 2 adalah sekolah dasar untuk rakyat biasa yang masa pendidikannya 3 tahun. Sekolah ini hanya mengajarkan membaca, menulis, berhitung dan keterampilan. Bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa lokal, sedangkan guru yang mengajar lulusan Hollandsche Indische Kweekschool (HIK) atau Sekolah Guru Bantu (SGB). Sekolah ini setingkat dengan SMP sekarang. Sekolah Rakyat kelas 2 ini tujuannya hanya sekedar untuk memberantas buta hurup. Dalam perkembangannya Sekolah Rakyat Kelas 2 ini secara berangsur-berangsur digantikan peranannya oleh Volkschool.

Berbeda dengan Sekolah Rakyat Kelas 1, yang diperuntukkan bagi anak-anak golongan atas dengan masa pendidikan selama 5 tahun, Sekolah Rakyat Kelas 1 ini bertujuan untuk mencetak orang-orang yang akan bekerja di kantoran, sehingga mata pelajarannya pun ditambah dengan ilmu bumi, sejarah, ilmu pengetahuan alam, menggambar dan mengukur tanah dll. Pada tahun 1914 Sekolah Rakyat Kelas 1 ini diubah menjadi "Hollandsch Inlandsche School (HIS)".
-----------------
Di manakah letak sekolah rakyat ini di Barabai ???

Menurutku, karena sekolah ini milik pemerintah kolonial Belanda, maka letaknya kemungkinan besar tentunya di dalam kota Barabai. Hal ini untuk memudahkan Belanda memantau dan mengamankan fasilitas yang mereka miliki. Kalau letaknya di luar kota, dikhawatirkan fasilitas ini rentan terhadap gangguan bahkan serangan dari pihak grilyawan, karena pada periode itu perlawanan dan serangan terhadap  Belanda masih sering terjadi terutama di pinggiran kota. Baru pada pertengahan dekade 1920 keamanan dirasa sangat kondusif, sehingga pemerintah kolonial mulai membenahi, menata dan membangun kota Barabai.
Sekarang coba kita perhatikan !!! Ada terlihat daun pohon dalam foto ini. Menurutku itu daun pohon jati. Pohon jati bukan pohon asli Kalimantan. Bibitnya didatangkan oleh pemerintah kolonil Belanda dari pulau Jawa.

Jauh sebelum pohon Asam (Tamarindus indica) dan Mahoni (Swietinia Macrophylla) atau "KANARI" menurut bahasa warga setempat menghiasi pinggir-pinggir jalan kota Barabai, terlebih dahulu  Belanda menanam pohon jati sebagai penghias jalan, terutama jalan-jalan yang ada di sekitar pusat pemerintahan. Bahkan ada sebuah jalan di kota Barabai yang kiri-kanannya dipenuhi pohon jati, sehingga orang-orang Belanda waktu itu menyebutnya sebagai "DJATILAAN" atau "JALAN JATI RAYA". Setelah sebagian besar pohon jati tersebut ditebang dan diganti dengan pohon asam dan mahoni, maka jalan itu pun berubah nama menjadi "PASAR WEG" yang sekarang bernama jalan "PERWIRA".
"DJATILAAN" atau "JALAN JATI RAYA" Barabai.
Mungkin dijepret sekitar akhir abad 19 atau awal abad 20.
"JALAN PERWIRA" Barabai
2013

"PASAR WEG" Barabai.
1930

Jadi dengan adanya daun pohon jati di foto ini, maka hal ini semakin memperkuat dugaanku kalau sekolah ini letaknya di dalam kota Barabai.

Selain itu, menurut orang-orang tua kita yang pernah kutanyai, mereka mengatakan : "banyak sekolahan letaknya di belakang pasanggrahan, yaitu kawasan di sekitar GOR sekarang (dahulu belum ada GOR). Di antaranya situ ada Sekolah Guru Bantu (SGB), Sekolah Kepandaian Puteri (SKP) dan Sekolah Rakyat (SR) Barabai 1". 
Malah ada seorang koresponden yang kutanyai mengatakan bahwa : "sekolahan TK Pembina itu dulunya adalah Sekolah Rakyat (SR) Barabai 1, kemudian berubah menjadi Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP)".
Kalau kita flash back ke zaman pemerintahan kolonial Belanda, nama-nama ketiga sekolah ini adalah :
Sekolah Guru Bantu (SGB) dulu namanya "Hollandsche Indische Kweekschool". 
Sekolah Kepandaian Puteri (SKP) dulu namanya "Nijverheids School".
Sekolah Rakyat (SR) dulu namanya "Inlandsche School/Tweede Inlandsche School/Volkschool".
Nah... dari beberapa keterangan di atas aku berkeyakinan bahwa Inlandsche School atau Sekolah Rakyat atau Sekolah Bumiputera atau Sekolah Pribumi tersebut letaknya di jalan GANESYA Barabai.

والله أعلم بالصواب

Tidak ada komentar:

Posting Komentar